S A C E L A D !
Karya : Agus “Leyloor” Prasetiya
Peran :
Ali35 tahun, modin)
N-Arji (40 tahun, seniman perupa)
Julius (45 tahun, pengacara, MC, presenter))
Indah (25 tahun, penyanyi dang-dut)
Nemo (30 tahun, penjual asongan)
Gondo (75 tahun, pensiunan guru SD)
Prolog :
DI ATAS BEBATUAN DI DASAR JURANG NAMPAK BANGKAI BUS ”ABADI” ANTAR PROPINSI SEBAGAI SETTING SANDIWARA INI. INDAH SEDANG MEMBONGKAR KOPER YANG PENUH BERISI PAKIAN, NARJI MEMBETULKAN JAGRAG UNTUK MELUKIS, GONDO SEDANG MENIKMATI ROKOK HASIL LINTINGANNYA, ASAP BERBENTUK BULAT-BULAT MENGEPUL DARI MULUTNYA.
Adegan 1.
001. Gondo : Kalau tidak salah sudah dua hari kita berada di tempat ini. Iya to
dik ?
002. N-Arji : Iya, terus kenapa ?
003. Gondo : Eh kok belum ada tanda-tanda pertolongan dari atas sana ya?
Atau jangan- jangan memang tidak ada yang mengetahui kalau
Bis yang kita naiki kemarin jatuh didasar jurang ini ya?
004. N-Arji : Bisa jadi begitu Mbah...? (berusaha untuk megingat nama)
005. Gondo : Gondo. Nama lengkap saya Gondo Margono. He.he.he.
Gondo itu Aroma, sedangkan Margono itu dari kata Margo yang
artinya Jalan. Jadi Gondo Margono itu artinya Aroma Jalan.
Kalau dik Narji ini nama lengkapnya siapa?
006. N-Arji : Saya Sun-Arji Kulsum Bakery.
007. Gondo : O.. Kok kayaknya saya tidak asing dengan nama itu ya? Apa
profesi dik Narji itu penyair?
008. N-Arji : Bukan, saya Sun-arji pelukis, yang penyair itu Sutarji. Kalau
Narji itu pelawak Mbah, .
009. Gondo : Sun itu kiss, Arji itu peluk. Dalam hukum DM dan MD Sun-Arji
itu artinya sama dengan Peluk-kiss, ha.ha.ha....
010. N-Arji : Mbah Gondo ini kok pinter bahasa Inggris, memangnya
pekerjaan mbah Gondo apa sih?
011. Gondo : He.he.he... Jelek-jelek begini saya itu pensiunan guru.
012. N-Arji : SMU ?
013. Gondo : SD...!
014. N-Arji : Kok mbah Gondo pinter bahasa inggris?
015. Gondo : Saya dulu juga pernah jadi gaet dan translater kok dik, istilahnya
nyambi gito loh. Ya mana cukup to dik gaji guru SD kalau tidak
nyambi cari obyekan lain. Bayangkan saja dik, saya ini harus
mencukupi kebutuhan hidup untuk satu istri dengan empat anak
yang masih kecil-kecil. Ya tidak cukup to kalau hanya
mengandalkan gaji guru, SD lagi. Ya saya manfaatkan keahlian
berbahasa inggris saya untuk menjadi gaet turis-turis asing itu.
Jadi kalau pagi sampai siang saya mengajar, sore hingga malam
harinya saya nongkrong di stasiun untuk cari mangsa. He.he.he.
016. N-Arji : O.. mantan gaet jalanan to?
017. Gondo : Ya... gitu dech. Memangnya kenapa dik?
018. N-Arji : Ya pantas kalau bahasa inggrisnya ngawur.
019. Gondo : Ngawur bagaimana to dik?! Maksud dik Narji gramernya jelek
begitu apa?
020. N-Arji : Ya... gitu dech.
021. Gondo : Ya gitu dech bagaimana? Dik Narji, bahasa itu hanya sebagai
alat komunikasi saja. Jadi yang penting adalah, kalau orang yang
kita ajak bicara itu paham dengan bahasa yang kita gunakan, dan
sebaliknya kita bisa mengerti bahasa yang digunakan orang
asing itu, selesai. Soal gramer itu lha I don’t Care!
022. N-Arji : O.. begitu to mbah?
023. Gondo : Way Not?!
Pause
024.N-Arji : Ya sudah mbah kita lupakan saja masalah gramer tadi. Yang
perlu kita pikirkan sekarang adalah, bagaimana caranya kita bisa
selamat dari musibah ini. Dan bisa sampai daratan di atas sana.
Oke Grand father?
025. Gondo : No I think..
026. N-Arji : Loh, kok gitu sih?
027. Gondo : Memangnya dik Narji pikir, yang di atas sana sempat mikirin kita
yang di bawah sini apa? Mereka yang ada di atas sana itu tidak
merasa rugi kalau Cuma kehilangan orang-orang macam kita ini.
INDAH YANG SEJAK TADI SIBUK MEMBERESI
KOPERNYA KINI IKUT BICARA.
028. Indah : Eh mbah Gondo, sampeyan itu mbok jangan nakut-nakuti saya.
Mbok berdo’a kek, supaya ada yang menolong kita kek...
029. Gondo : Lho, nyatanya kemarin sudah kita coba teriak-teriak minta tolong
sampai sekarang tidak ada tanda-tanda dari atas sana, misalnya
suara orang apa suara mobil, atau benda jatuh, Nggak ada kan?
030. Indah : Ya siapa tahu kalau di atas sana ada banyak orang cuman kita
saja yang tidak bisa mendengar. Atau karena jurang ini sangat
dalam sehingga yang di atas tidak mendengar teriakan kita.
031. N-Arji : Saya sependapat dengan dik Indah ini Mbah. Karena lokasi
kecelakaan kita ini jauh dari perkampungan, dan medannya sulit
untuk melakukan evakuasi, barangkali demikian. Sehingga
megakibatkan pertolongan jadi terlambat.
032. Gondo : Hallah.! Menghibur diri...dikiranya saya tidak tahu kalau dik
Narji sejak kemarin gelisah melulu?
033. N-Arji : Loh? Gelisah itu merupakan salah satu sifat dasar manusia ketika
mengalami sesuatu yang mengancam dirinya.
034. Gondo : Omonganmu itu lo dik, kok seperti psikolog saja. Kalau saya
tidak perlu dengan argumen macam-macam ya tetep resah dan
gelisah dik, orang bekal makanan saya sudah hampir habis
dan perut mulai keroncongan begini, sementara tanda-tanda
pertolongan tak kunjung datang.
035. Narji : Kalau menurut Mbah Gondo, dalam keadaan seperti ini apa
yang akan sampeyan lakukukan sekarang?
036. Gondo : Sederhana saja dik. Saya mau kencing, permisi. (out stage)
Adegan 2.
LAMPU PANGGUNG MULAI TERANG KEMBALI DAN
TERLIHAT NARJI SEDANG MELUKIS INDAH DALAM POSE
YANG “ADUHAI” DENGAN MENGENAKAN KOSTUM
YANG SERONOK. SAMBIL MELUKIS DAN DILUKIS
MEREKA BERBINCANG...
037. Narji : Sebenarnya dik Indah ini dari mana? atau akan kemana ?
038. Indah : Saya ’ntu rencananya mau ke Ibu Kota mas. Pagi tadi saya
seharusnya sudah sampai disana untuk ikut audisi. Yah siapa tahu
setelah lolos audisi saya bisa jadi terkenal dan nasib berubah.
039. Narji : Memangnya dik Indah ini satria baja hitam, kok pakai berubah
segala.ha.ha.ha..
040. Indah : Ach.. Mas Narji bisa aja..(manja kampungan) Maksudnya, saya
ini kan anaknya orang miskin dari kampung. Ee.. siapa tahu nasib
berpihak ke saya, lolos audisi jadi terkenal dan bisa kaya. Hem..
(tertawa kecil).
041. Narji : Amin.. Saya do’akan dik. Terus audisinya itu dimana dik?
042. Indah : Di studio TV swasta ibu kota. Makanya saya bawa koper penuh
berisi pakaian untuk persiapan, soalnya setiap adegan mesti ganti
kostumnya.
043. Narji : Ooo... calon bintang sinetron ya?
044. Indah : Bukan mas. Bintang Dangdut..
045. Narji : Up’s ?! Dik Indah ini penyanyi dang-dut to?
(sambil meninggalkan kanvas untuk mendekati Indah)
046. Indah : (Indahpun berdiri) Iya. Kenapa mas?
047. Narji : Berarti suara dik Indah ini bagus dong?
048. Indah : Jangan salah mas Narji, memangnya penyanyi dangdut sekarang
itu harus bagus suaranya, pas-pasan saja sudah cukup dan fals
sedikit tidak jadi masalah kok. Yang penting goyangnya mas
(sambil mempraktekan goyang ngebor dan patah-patah), dan
pinter buat sensasi publik. Apalagi kalau mau bukak aibnya
sendiri, wach.... cepet terkenal mas.
049. Narji : Apa tidak takut ketahuan wartawan infotainment?
050. Indah : Mas Narji ini bener-bener tidak tahu, apa pura-pura tidak tahu
sih?. Justru kalau para wartawan Infotainment itu tidak tahu, kita
kasih tahu dong. Ngadain jumpa pers, kan publikasi gratis?
Cepet terkenal lagi.Ha.ha. ha.
051. N-Arji : Tapi besuk kalau sudah jadi selebritis dan terkenal jangan lupa
sama saya lho dik...
052. Indah : Ya enggak lah mas.. kita kan perah jadi teman senasib seperti saat
ini. Eh, mana mas lukisannya.
053. N-Arji : (menunjukan hasil lukisannya) Ini dik, bagus kan?
054. Indah : (terkagum) Wow! Mas ini benar-benar pelukis hebat ya? Mata
mas Narji itu berarti sangat tajam sekali dan pengamatan mas
benar-benar luar biasa, hingga lekukan sekecil ini bisa
digambar ya ampuuun. Apa tubuh saya seperti yang mas Narji
gambar ini?! (sambil meraba bagian-bagian tubuhnya sendiri).
Baju saya yang tipis ini tembus pandang yang mas? Aduh.. saya
seperti melihat diri saya pada sebuah cermin.! Hebat-
hebat.ck.ck.ck.
055. N-Arji : Saya ini pelukis naturalis dik.
056. Indah : Apa itu mas?
057. N-Arji : Jadi lukisan saya sama persis seperti apa yang saya lihat dalam
kenyataannya. Bahkan lebih indah dari obyek aslinya.
058. Indah : Mas Narji sering melukis wanita seperti saya sekarang ini?
059. N-Arji : Sebenarnya saya lebih senang melukis pemandangan alam,
terutama sekali pemandangan alam negeri kita yang sangat indah
luar biasa ini. Ya... hitung-hitung melukis sambil mendukomentasi
negri yang kaya raya akan hasil bumi dan tambangnya ini sebelum
berubah menjadi hamparan kosong tak berwajah karena kerakusan
manusia. Kelak kalau anak cucu kita hanya bisa melihat sisa-sisa
kemakmuran negerinya, setidaknya lukisan-lukisan saya itu dapat
bercerita tentang negeri mereka yang pernah makmur dan kaya
raya.
060. Indah : Tapi mas Narji juga hebat melukis manusia, seperti melukis saya
ini...(menujuk lukisan)
061. N-Arji : Oh, saya juga sering melukis wanita. Sebab keindahan itu tidak
hanya ada pada pemandangan alam saja. Sebagai ciptaan Tuhan,
wanita juga punya keindahan yang luar biasa. Ada banyak misteri
dibalik keindahan seorang wanita.
062. Indah : Wach... saya enggak mengerti mas kalau wanita itu ada
misterinya segala, yang saya tahu. yang punya misteri itu ya
Cuma gunung berapi dan Nenek lampir itu.he.he.he.
063. N-Arji : Tidak apa-apa, saya tahu kok kapasitas seorang penyanyi dang-
dut.. Tapi omong-omong ke mana ya tadi mbah Gondo pergi?
Katanya mau kencing kok lama sekali?
064. Indah : Iya ya mas, kemana ya..? Mungkin mampir ke tempat korban lain
di belakang bangkai bus itu mas?
065. N-Arji : Mudah-mudahan demikian, asal slamet aja dech.
066. Ali : (OS) Hati-hati mas Julius!
067. Julius : (OS) Santai saja Bung Ali
DARI BALIK BANGKAI BUS MUNCUL ALI LELAKI USIA 35 TAHUN YANG SELALU MENGENAKAN KOPIYAH DAN KAFIYEH DIPUNDAKNYA. ADA TANDA HITAM DI JIDADNYA DAN BERJINGGOT. DIBELAKANGNYA JULIUS 45 TAHUN YANG MENGENAKAN PAKAIAN PARLENTE MESKIPUN SUDAH TAMPAK KUSUT.
Adegan 3.
068. Ali : Oh.. masih disini to? Alhamdulillah. Saya pikir tinggal kami
berdua saja. (kepada Narji) Lha Bapak tua itu kemana Bung?
069. N-Arji : Sejak 3 jam yang lalu dia pergi. Katanya sih Cuma mau kencing.
070. Ali : Astaghafirullahaladzim... Anda ini tidak punya rasa solider kepada
teman senasib dan sepenanggungan. Jelas kan bapak itu sudah tua,
pergi sendiri ditempat seperti ini, masak anda tidak mau
mengantarkannya?!(kepada Julius) Bagaimana Bung Jul, anda
sebagai pengacara, bagaimana penilaian anda dalam kasus seperti
ini, Gila kan?
071. Julius : Ya gila sih tidak, cuman saya rasa kurang peka sajalah.
Mestinya dalam keadaan seperti ini kita harus saling tolong-
menolong. Sebab kalau semisal terjadi sesuatu terhadap bapak tua
itu, akhirnya Bung seniman dan mbak ini yang menjadi tersangka
pertama, minimal sebagai saksilah.
072. N-Arji : (tersinggung) Sebentar saudara-saudara, atas dasar apa
Saudara-saudara ini tiba-tiba, datang-datang, seolah- seolah
Menyalah-nyalahkan saya atas kepergian mbah Gondo bapak tua
yang saudara maksud itu? Apa hak saudara terhadap diri saya,
sehingga dengan serta merta dan semena-mena mengadili saya
seperti ini?
073. Ali : Subhannallah. Kami tidak bermaksud mengadili Bung, cuma
heran saja. Kok tega sih membiarkan orang tua pergi sendiri dalam
keadaan seperti sekarang ini? Di jurang yang banyak bebatuan
licin dan penuh tempat-tempat gelap, apa Bung seniman ini tidak
punya rasa kawatir kalau sesuatu terjadi pada Mbah orang tua itu?
074. N-Arji : (kepada Julius) Hey mas. Sampeyan mau ngantar saya kencing?!
075. Julius : Apa penampilan saya pantas untuk pekerjaan itu? Saya ini lelaki
normal Bung.
076. N-Arji : (kepada Ali) Kalau begitu bagaimana... apa saudara bisa ngantar
saya kencing sebentar saja?
077. Ali : A’udzubillahmindzalik, pelecehan! (kepda Julius) Bung Julius,
anda mendengar sendiri kan, kata-kata yang dia ucapkan kepada
saya barusan? Tolong Bung jelaskan padanya bahwa kata-katanya
itu bisa dikenakan pasal dalam Undang-undang.
078. Julius : Ada Undang-Undangnya itu Bung Ali, dalam pasal Pelecehan
yang bunyinya ” Barang siapa yang telah melakukan perbuatan
atau ucapan atau membuat kalimat atau setidaknya dengan kata-
kata yang tidak mengenakan orang lain akan dituntut dimuka
hakim”. Begitu bung.
079. N-Arji : Hai Bung yang anda katakan itu Undang-undang apa? nomer
berapa? Pasal berapa? Ayat apa? Butir keberapa?
080. Julius : Pokoknya ada. Ada. Ada. (cuek tanpa dosa)
INDAH YANG SEJAK TADI HANYA SEBAGAI PENDENGAR. KARENA MERASA TAKU BAKAL TERJADI SESUATU BERUASA MELERAI ADU MULT YANG TIDAK JELAS PERMASALAHANNYA ITU.
081.Indah : Sudah-sudah! Kita ini sedang dalam keadaan susah karena ditimpa
musibah kok malah pada bertengkar dengan persoalan yang sangat
sepele. Apa bapak, mas, dan bung ini semua tidak ada pekerjaan
yang lebih penting dari pada urusan kencing?
082. N-Arji : Ini masalah harga diri dik, seenaknya saja menuding orang.
083. Ali : Ini masalah keselamatan jiwa seseorang mbak.
084. Julius : Persoalan yang besar selalu dimulai dari persoalan yang kecil
Jeng, jadi persoalan kecil ini harus dibabat lebih awal sebelum
menjadi persoalan yang lebih besar.
085. Indah : Yang menjadi persoalan tadi kan hanya mbah Gondo pergi
kencing tidak ada yang mengantarkan? Masalah kencing saja kok
ya dipolitisir to ya, kok kurang kerjaan. ( moving) Permisi saya
mau kencing. (menoleh ke lawan main) Ada yang mau mengantar?
086. Semua : Saya !
MEREKA BERTIGA BERGERAK CEPAT MASING-MASING
HANYA SATU LANGKAH LALU BERHENTI DAN
KEMUDIAN SALING BERPANDANGAN. INDAH PUN
BERLALU TANPA MENOLEH MENCARI TEMPAT UNTUK
KENCING. N-ARJI MENBERESAN ALAT LUKISNYA,
ALI MELIHAT-LIHAT SEKELILING, DAN JULIUS
MENGAMATI LUKISAN YANG BARU SAJA DIBUAT OLEH
N-ARJI.
Adegan 4.
087. Julius : (mendekati Ali dan membisiki telinga Ali)
088. Ali : Yang benar bung?! (Ali bergerak menuju lukisan N-Arji dan
mengamatinya) Innalillahi wa innailaihiroji’un! Bung Seniman.
Lukisan anda ini...
089. N-Arji : Ada apa dengan lukisan saya?
090. Ali : Apakah ketika bung Narji melukis dalam keadaan sadar,
Tanpa pengaruh alkohol atau yang lain? Demikian juga dengan
wanita yang anda lukis ini?
091. N-Arji : Apa maksud saudara berkata demikian?!
092. Ali : Kalau bung Narji sadar artinya bung Narji siap dengan segala
resiko yang harus ditanggung.
093. N-Arji : Saya tidak paham dengan apa yang sampeyan katakan.
094. Ali : Lukisan seperti ini bisa merusak moral bangsa.! Lukisan bung
seniman ini sama sekali tidak mendidik, seronok!
095. N-Arji : Sampeyan itu kritikus atau kurator seni, seolah-olah kok paham
sekali dengan lukisan ini? Pekerjaan saya itu melukis mas. Jadi
saya melukis itu bekerja, bekerja untuk menghasilkan uang. Saya
bukan pegawai atau pedagang yang punya penghasilan tetap , jadi
hidup saya tergantung dari hasil lukisan saya laku apa tidak.
096. Ali ; Saya hanya mengingatkan saja kalau apa yang sudah bung lakukan
itu telah melanggar undang-undang yang ada.
097. N-Arji : Kok seperti kurang kerjaan saja sih? Buat undang-undang kok
merugikan orang lain. Memamgnya mereka yang buat undang-
undang itu bisa mensejahterakan rakyat kecil seperti saya ini apa?
098. Ali : Lho bukan begitu mas seniman. Undang-undang itu dibuat untuk
mengatur peri kehidupan, berbangsa dan bernegara. Sebagai umat
beragama saya berkewajiban untuk menegakan ahqlakul karimah. Perlu bung seniman ketahui bahwa undang –undang ini dibuat
untuk mengendalikan moral bangsa dari pengaruh negatif.
099. N-Arji : Seberapa besar sih kontribusi lukisan saya ini untuk ikut merusak
Ahqlak dan moral bangsa? Tanpa harus melihat lukisan seperti ini
pun, sudah banyak orang yang tak berahqlak dan bejat moralnya.
Sampeyan terlambat mas.!
100. Julius : Mas seniman jangan asal bisa ngomong lho ya, kalau kata-kata
mas seniman itu tidak bisa dibuktikan, itu fitnah namannya dan
bisa diperkarakan dengan ancaman pidana.
101. N-Arji : ha.ha.ha.. Saya paling suka bicara dengan orang-orang yang sok
moralis seperti ini.
102. Julius : Mas seniman menuduh kami berdua tak bermoral?
103. N-Arji : Sampeyan sendiri yang berkata demikian.
104. Ali : Kalau tidak benar itu namanya fitnah Bung!
105. N-Arji : Kalau benar?
106. Julius : Tunjukan buktinya!
107. N-Arji : Baik. Kita mulai dari sopir dan kernet Bus yang kita naiki
bersama, yang mestinya mereka mengantarkan kita semua sampai
ketujuan, buktinya ketika terjadi kecelakaan mereka melarikan diri
dan tidak bertanggung jawab. Apakah orang semacam ini bisa
dikatakan punya moral dan berahqlak? Orang-orang yang diatas
sana jelas mengetahui bahwa disini ada musibah yang menimpa
kita, sampai sekarang sudah dua hari tak sedikitpun ada tanda-
tanda akan menyelamatkan kita.
108. Ali : Ya Cuma belum saja, jangan suhudzon-lah.
109. N-Arji : Terus kapan mereka akan memberikan pertolongannya?
Menunggu kalau kita sudah mati karena lapar dan kedinginan,
begitu?
110. Julius : Jangan selalu negatif thinking-lah mas... kalau hanya sopir dan
kernet yang dipakai sebagai sample bukti yang mas sampaikan
itu belum cukup untuk mewakili sebagai bukti dari tuduhan anda
tadi, terlalu naif. Karena kita tahu tingkat pendidikan dan
intelektual mereka seberapa lah?
111. N-Arji : O.. sampeyan pingin bukti orang-orang yang intelek dan
berpendidikan tinggi tetapi tak bermoral? Banyak mas. Siapa yang
telah menilep dan mengkorupsi uang triliyuan rupiah milik
negara? Siapa yang telah menjual aset negara dan melakukan
ilegal loging? Siapa yang telah mempublikasikan perbuatan
mesum dan aibnya sendiri demi popularitas? Siapa yang telah
menghilangkan bukti-bukti kejahatan dan memperjual belikan
keadilan? Siapa yang merusak, mengobrak-abrik, dan membakar
kios dan warung kaki lima milik rakyat kecil? Dan siapa yang
pernah menepati janji-janjinya diantara para pejabat negara ini,
tidak ada! Semua itu kelakuan orang-orang tak bermoral, tamak
,dan rakus.
112. Ali : Bung seniman sendiri mengekploitasi wanita demi keuntungan
pribadi. Di mana letak moral educatif karya bung ini?
113. N-Arji : Tergantung dari sudut pandang mana dan siapa yang menilainya.
Sebuah karya seni yang diutamakan adalakah nilai artistik dan
keindahan, dan untuk mencapai dua nilai itu ada nilai
lain yang harus ditinggalkan, dan saudara berdua boleh tidak
setuju karena itu hak saudara.
114. Ali : Semoga saja tidak ada organisasi masa yang mengetahui kalau
anda memiliki dan menyimpan lukisan mesum itu. Bukankah
begitu Bung Julius?
115. Julius : Dan tidak ada yang memperkarakan dengan undang-undang.
116. N-Arji : O.. jadi saudara berdua ini mengancam saya? Silahkan kalau
demikian.
117. Ali : Baik. Saya yang akan melakukan eksekusi.
SELESAI BICARA, DENGAN EMOSIONAL ALI BERJALAN
SAMBIL MENYALAKAN KOREK MENGAMBIL KANVAS
MILIK N-ARJI YANG DIPAKAI UNTUK MELUKIS INDAH
DAN N-ARJI BERUSAHA MEMPERTAHANKAN
LUKISANNYA. TERJADILAH TARIK-MENARIK ANTARA
ALI DAN N-ARJI. SEMENTARA JULIUS BERUSAHA
MELERAI SEBISANYA.
118. Julius : Bung Ali bukan begini maksud saya... jangan anarkis. Tolong
lepaskan lukisannya Bung.!
119. Ali : Biar saya musnahkan saja sumber malapetaka perusak moral generasi ini.
120. Julius : Jangan Bung! Anda bisa dijerat dengan pasal pengrusakan dan
penjarahan! Nanti bung Ali rugi sendiri.
121.Ali : Saya tidak takut Bang, Ini bagian dari jihad saya uintuk
memerangi kedzoliman!
122. Julius : Tapi kita tidak boleh main hakim sendiri bung! Negara kita ini
negara hukum, ingat itu!
MEREKA BERTIGA TERUS SALING TERIAK-TERIAK DAN BEREBUT LUKISAN. INDAH YANG BARU SAJA DATANG DARI LUAR PANGGUNG MELIHAT KEJADIAN ITU IA TERIAK MINTA TOLONG MENANGIS.
Adegan 5.
123. Indah : Tolooong...toloooong...! Hentikan mas, hentikan! Tolooong...!
Hentikan pak. Mas. Bung hentikan jangan berkelahi...
TERIAKAN INDAH TIDAK ADA YANG MENGGUBRIS
MEREKA TERUS BEREBUTAN LUKISAN. TIBA-TIBA DARI
BANGKAI BUS MUNCUL MBAH GONDO. MELIHAT
KEJADIAN ITU MBAH GONDO BERTERIAK KENCANG.
124.Gondo : Hai, berhenti!!!
ENTAH DENGAN KEKUATAN APA TERIAKAN MBAH
GONDO MAPU MENGHENTIKAN PERTIKAIAN ITU.
MEREKA PADA BERJATUHAN DAN KANVAS ITU
TERBANG MELAYANG JATUH DIANTARA MEREKA.
125. Gondo : Ini ada apa? Kalau ada persoalan mbok diselesaikan baik-baik.
Apakah saudara-saudara ini lupa kalau kita sedang mengalami
musibah. Untuk saat ini kita adalah saudara senasip dan
sepenanggungan. Kok tega-teganya saudara-saudara ini
mengkhianati penderitaan kita sendiri? Apa masalahnya, mari
kita selesaikan bersama. (kepada Indah) Ada apa ini tadi mbak?
126. Indah : Tidak tahu mbah, tiba-tiba saja saya melihat mereka bertiga
berkelahi, karena takut saya berteriak minta tolong... untung
mbah Gondo cepat datang.. coba tanya mas Narji saja mbah.
127. N-Arji : (sambil berjalan mengambil lukisannya) Mereka bilang lukisan
saya ini bisa merusak moral bangsa mbah, terus mereka mau
membakar lukisan sya ini, gilak kan?
128. Gondo : Wach gilak ini. Bukankah saudara-saudara sekalian juga
penumpang bis yang mengalami musibah ini kan?
129. Julius : Benar mbah, dan sebenarnya yang berkelahi bukan saya, saya
hanya berusaha melerai mereka itu.
130. Gondo : Mestinya sesama penumpang bis tidak boleh saling berkelahi,
biar sesama sopir saja yang berkelahi. (kepada Ali) ..
Assalamu;alaikum.
131. Ali : Wa alaikumsalam warochmatullahiwabarokatuh.
132. Gondo : Saya ini tidak akan memihak kepada siapa-siapa, saya hanya
akan mengatakan, apapun persoalannya pertengkaran kalian tadi
telah menggangu ketenangan orang lain. Jadi saya mohon jika
ada masalah diselesaikan dengan kepala dingin, jangan dengan
emosi. Kita semua di sini adalah saudara senasib, dan sama
penderitaannya.
133. Ali : Simbah tidak perlu mengkotbahi saya. Tapi masalah ini harus
bisa selesai sebelum kita bisa meninggalkan tempat ini.
Insyallah.
134. Gondo : Lha.. dari tadi saya sudah tanya masalahnya itu apa?
135. Ali : Mbah bisa melihat sendiri lukisan yang dibuat oleh bung
seniman itu, dan apa pendapat simbah.
MBAH GONDO BERJALAN UNTUK MELIHAT LUKISAN
YANG DIBAWA NARJI DAN TERUS DIAMATINYA.
SETELAH MELIHAT MBAH GONDO GELENG-GELENG
KEPALA.
136. Ali : Bagaimana mbah?
137. Gondo : Gambar perempuan ini wajahnya kok mirip dengan ..
(mihat Indah) Jeng Indah.?
138. Indah : Memang saya yang dilukis kok mbah.
139. Gondo : Jeng Indah mau to dilukis dalam keadaan begini ini? Wah..
kalau saya tadi tidak pergi kencing dan ketiduran di bawah
rongsokan itu pasti bisa ikut melihat proses penciptaan karya
lukis ini. (kecewa)
140. Ali : Nah sekarang mbah Gondo melihat sendiri gambar lukisan yang
tak senonoh itu kan, dan tentunya mbah Gondo setuju dengan
pendapat saya jika lukisan itu kita musnahkan saja.
141. Gondo : Oh jangan. Itu namanya perampasan hak.
142. Indah : Dan sebenarnya waktu dilukis tadi saya juga mengenakan baju
kok Mbah, tetapi setelah selesai jadinya seperti itu.
143. Gondo : Lho! Berarti dik Narji ini seorang pelukis daya imajenatifnya
luar biasa. Kreatif! Ini yang dikatakan sebagai karya seni. Gilak!
144. Ali : Jadi mbah Gondo juga suka dengan gambar mesum ini?
Audzubillahmindzalik!
145. Gondo : Jangan gegabah demikian dik, di sini saya tidak melihat ada
lukisan mesum, yang saya lihat ini adalah sebuah karya seni
yang artistik.
146. Julius : Simbah ini sebagai orang tua mestinya sadar dan mulai bertobat.
Lukisan seperti ini jika beredar bisa jadi masalah. Dan bisa
meresahkan masyarakat.
147. Gondo : Ach, itu hanya mengada-ada saja. Lukisan kok meresahkan
masyarakat? Yang meresahkan masyarakat itu kalau harga
sembako naik, harga BBM naik, tarif listrik naik, terus ancaman
PHK. Ya dilihat konteknya dulu to dik. Dan soal seni itu
menyagkut masalah ”tase” (sambil lima jarinya dikumpulkan
menjadisatu mengerucut dan diangakat didepan mukanya
sendiri)
148. Julius : Ya sekarang dari pada lukisan Bung Narji ini menimbulkan
polemik berkepanjangan, karena setiap orang punya interpretasi
sendiri-sendiri dan persepsi yang berbeda dan tidak bakal
ketemu, saya sarankan lukisan itu disimpan saja. Sebab kalau
ada pihak yang mempersoalakan semua bisa kena sangsi hukum,
baik pelukisnya, yang dilukis, dan pembelinya. Sebab sudah ada
undang-undang yang melarang hal seperti ini.
149. N-Arji : Saya dengarkan dari tadi Mas Julius ini selalu ngomong
masaalah hukum, undang-undang, pasal-pasal. Tapi kok tidak
pernah jelas. Sebenarnya mas Julius ini siapa? Seorang
Hakimkah?, jaksakah?, politikuskah? Atau apa?
150. Julius : Saya ini pengacara.
151. N- Arji : Advokat begitu?
152. Julius : Bukan.
153. N-Arji : Lha terus pengacara apa?
154. Julius : Pengacara perkawinan, khitanan, syukuran, dan lain-lain.
155. Gondo : Oalah... pembawa acara. Master Ceremoni, Itu bukan
pengacara, tapi pranatacara.
156. Ali : Saya pikir Bang Julius ini seorang ahli hukum dan perundangan,
ternyata hanya precenter to?
157. Julius : Istilah kerennya begitu. Precenter. Yah... gara-gara bus yang kita
tumpangi mengalami kecelakaan seperti ini, saya jadi
kehilangan order untuk sebuah pesta perkawinan keluarga
pejabat di ibu kota. Padahal saya sudah punya rencana, sepulang
”ngem-cee” honornya nanti mau saya pakai nglunasi uang
sekolah anak saya yang masih SD. Gara-gara sopir tidak
bertanggung jawab semua rencana jadi berantakan.
158. Ali : Ya sabarlah, itu namanya belum menjadi rejeki sampeyan.
Seperti juga saya. Mestinya saya kemarin sudah sampai di
rumah mempelai untuk memberikan ceramah dan memimpin
Do’a dalam akhad nikah dan ijab khobul, kemudian dalam pesta
perkawinannya hari ini, saya sudah menyanggupi untuk
memberikan ular-ular pengantin, padahal vreskot sudah saya
terima, kan saya jadi tidak enak dan serba salah. Jadi musibah
kecelakaan ini benar-benar ada hikmahnya.
159. Julius : Hikmah yang Bung Ali maksud yang mana?
160. Ali : Artinya keluarga mempelai berdua disana akan memaklumi
saya, sebab saya mengalami musibah dijalan, sehingga saya
selamat dari tuduhan negatif dari keluarga itu.
161. Gondo : Dan yang pasti bung Ali tidak perlu report-report untuk
mengembalikan vreshkot alias uang panjer yang sudah habis itu
kan ?
162.Ali : Insya Allah demikian mbah.
163. Gondo : Sudahlah. Jangan ada lagi yang ngomong masalah akhad nikah
dan perakawinan, saya jadi tambah sedih.
164. Ali : Memangnya ada apa?
165. Gondo : Dalam acara akhad nikah dan perkawinan, pengacara seperti
bang Julius itu pasti akan menyebut kata mempelai berdua,
menantu, dan besan. Oh... (sedih) kalau mendengar kata besan,
hatiku seakan penuh dengan kesedihan dan kemaluan.
Ho.ho.hoh.. (menangis)
166. Julius : Kalau saya boleh tahu ada apa dengan besan mbah Gondo?
167. Gondo : Beliau dipenjara gara-gara kasus korupsi. Saya bukan sedih
karena beliau dipenjara, tapi menantuku itu sedang hamil dan
kasihan cucu saya kelak, lahir sebagai cucu seorang koruptor...
MENDENGAR CERITA MBAH GONDO MEREKA SEMUA
LARUT DALAM KESEDIHAN MEMBUAT SUASANA
SEMAKIN SEPI... DAN MENTARI DIATAS TERUS
MERAMBAT MENUJU KESARANGNYA MEMBUAT
CAHAYA TEMARAM PELAN. TIBA-TIBA MEREKA
DIKEJUTKAN OLEH SUARA PENJAJA ASONGAN DARI ARAH BANGAKI BUS.
Adegan 6.
168.Nemo : (OS) Yang haus-yang haus. dingin- dingin. Aqu, tisyu, rokok
perment...
MEREKA SEMUA MERASA HERAN! DENGAN KOTAK
BERGANTUNGAN DI PERUTNYA SEORANG ANAK REMAJA
BERTERIAK MENAWARKAN DAGANGANYA... DAN
MEREKA SEMUA TERCENGAN MELIHAT REMAJA ITU.
169. Nemo : Yang haus. Rokok mbah? Permen mas? Tisyunya mbak? Ayo
yang dingin..?
170. N-Arji : Sebentar dik,. Boleh saya tanya?
171. Nemo : Beli dulu mas, nanti baru tanya.
172. N-Arji : Oke saya beli, kalau perlu semua daganganmu saya beli. Tapi
jawab pertanyaan saya.
173. Nemo : Oke, silahkan bertanya.
SEMENTARA NARJI BERBINCANG DENGAN BAKUL
ASONGAN ITU, YANG LAIN MENDENGARKAN DAN
MEMPERHATIKAN DENGAN SERIUS.
174. N-Arji : Adik ini dari mana?
175. Nemo : Maksudnya?
176. N-Arji : Adik biasanya jualan asongan ini dimana?
177. Nemo : Di dalam bus yang bapak ibu naiki itu.
178. Julius : Bukankah pedagang asongan dilarang berjualan di atas bus
malam seperti ini?
179. Nemo : Nyatanya saya boleh.
180. Ali : Siapa yang mengijinkan adik ikut dalam bus itu?
181. Nemo : Kondektur bus yang merankap kernet itu.
182. Gondo : Kok bisa?
183. Nemo : Saya juga bayar separo harga tanpa tempat duduk.
184. Indah : Lho kok baru sekarang? Tidak dari kemarin adik jualan di sini?
185. Nemo : Kemarin dagangan saya habis, saya harus kulakan dulu dan hari
ini saya baru ke sini, karena saya tahu di sini pasti ada pembeli.
186. N-Arji : Berarti ada jalan untuk keluar dari jurang ini?
187. Nemo : Ya jelas ada. Kalau tidak ada mana mungkin sopir dan kenek
bus ini bisa lari dari sini?
188. Ali : Astaghafirullahaladzimmmm...!
189. N-Arji : Terus adik ini jalannya lewat sebelah mana?
190. Nemo : (sambil tangannya menunjukan arah /acting) Mengikuti aliran
sungai kecil ini kira-kira satu kilo, kemudian
ada jembantan gantung dari tali tambang, lewati jembatan itu
nanti akan ketemu jalan setapak sedikit agak naik....
SEMENTARA NEMO MENJELASKAN JALAN YANG HARUS
DILALUI UNTUK KELUAR DARI JURANG ITU, PARA
KORBAN MUSIBAH ITU MEMBERESI BARANG
BARANGNYA...
191. Julius : Habis itu terus kemana lagi dik? (sambil menyipkan barangnya
dengan tas koper)
192. Nemo : (tanpa memperdulikan siapa yang bertanya dia terus nerocos)
Sampai diatas nanti akan ketemu jalan besar tak beraspal.
Bapak-bapak menunggu sekitar 10 menit akan lewat colt
angkutan pedesaan, yang kekanan menuju pasar, yang kekiri
menuju terminal pembantu. Nah dari terminal pembantu itu ada
yang menuju terminal kota ada yang menuju ke kota tujuan lain.
Ya soal mau kemana tujuan bapak-bapak ini terserah saja, yang
penting sekarang mana janjinya mau mborong dagangan saya?!
BETAPA TERKEJUT DAN MARAH NEMO PENJUAL
ASONGAN INI SETELAH MENGETAHUI TERNYATA YANG
DIAJAK BICARA SUDAH TAK ADA DITEMPAT, MEREKA
MENGHILANG SATU PERSATU TANPA IA KETAHUI...
193. Nemo : Pak?, Bu!?, Mas !!? Mbah .?!! Pada kemana ya?
NEMO PUN BERUSAHA MENCARI KESANA KEMARI
NAMUN TAK MENDAPATKAN SEORANGPUN KECUALI
SEONGGOK BANGAKAI BUS ”ABADI” YANG MALANG ITU.
194. Nemo : Ternyata tidak bisa dipercaya. Janji tinggal janji.
Tega benar orang-orang itu mendzolimi rakyat kecil.
B a j i n g a n ..!
LAMPU PANGGUNG BLACK OUT, PELAN-PELAN
LAYAR DITUTUP DAN SANDIWARAPUN SELESAI.
----- thanks -----
Catatan saja: Sacelad dalam bahasa prokem Jogja sama dengan Bajingan.
Sewon mbantul jogjakrta 4 Desember 2008 – 06.03 wib.
Biodata penulis.
N a m a : Agus Prasetiya (ley-loor)
Lahir : 13 Agustus
Alamat : Jln. Gambirsawit 24A Pandeyan Umbulharjo
55161
No. HP : 081568413113
Karya :
1. Makam Tak Bertuan dan Tuan Tak Bermakam (Antologi Naskah Drama 1993)
2. Jakarta 1998 (Naskah Drama 2004)
3. King Of Day (Naskah Drama 2006)
4. Si Bambang Ekalaya (Naskah Drama, S-2 Pascasarjana ISI YK, 2006)
5. Sepanjang Malioboro (Naskah monolog 2007)
6. Mega Dusta (Karya Penciptaan, Lembaga Penelitian ISI Yk, 2008)
7. Penata Artistik:
- Putri Cina, Kompas Jakarta dan Surabya2006
- Karna Lembu Peteng, Auditorium ISI Yk, 1991.
- Nagih Janji Bumi Perdikan, Concert Hall
- .Demit Ora Ndulit Setan Ora Doyan, Societiet Taman Budaya Yogyakarta, 2007.
- Kabar Mawa Wisa, Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, 2008.
- Putri Cina, Kelenteng Tay Kak Sie Gang Lombok Semarang, 2008.
8. Sutradara:
- Tomy Anjing Tersayang, Yogya,
2003
- Dampar Saudagar, Gedung Soceiteit Militaire Taman Budaya Yogyakarta, 2007.
- Laksamana Cheng Ho, Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, 2008.
- Laksamana Cheng Ho, Kelenteng Tay Kak Sie Gang Lombok Semarang, 2008.
- Wong Jawa Kari Separo, Gedung Soceiteit Militaire Taman Budaya Yogyakarta, 2008.

Apa artinya Sacelad itu pak? Pada suatu hari InsyaAllah akan mementaskan naskah ini. Setting ceritanya menarik. Boleh pesen naskah pak? atau bisa juga pesen soto aja deh.
Sacelad dalam bahasa "Thangipad" artinya "Bajingan". Silahkan jika sdri Yuliati akan pentaskan naskah ini. saya mengucapkan terimakasih sedale-dalemnya.
Subhanallah bingits dech ceritanya 😊