Naskah Drama: The King Of Day

Posted by Agus Ley-loor On 18.24 0 komentar


The King Of Day
Karya : Agus Ley-loor


PEMERAN :
Raja
Permaisuri
Pengawal
Danyang-Danyang
Algojo
Terdakwa
Rakyat
Prajurit

Adalah sebuah Kerajaan disebuah negara yang tidak subur, tidak makmur, tidak Gemah Ripah loh jinawi, tidak kerto raharjo, dan tidak toto titi, apalagi tentrem.. Tapi memiliki Raja yang tidak adil dan tidak bijaksana.

Adegan Satu

Sang Raja duduk berdampingan dengan Permaisuri di singgasana ala India. Disebelah kanan – kiri berdiri dua Pelayan masing-masing memegang kipas besar. Didepannya meja pendek penuh dengan buah-buahan dan minuman anggur buat “kubam”. Sang Raja sedang dihadap oleh beberapa punggawa kerajaan. Di ujung paling depan pojok kanan-kiri panggung berdiri berdiri dua Prajurit Pengawal dengan membawa tombak.

Kemudian cerita dimulai.

R a j a : Hai para punggawa kerajaan dan rakyatku semuanya!

S e m u a : Daulat tuanku Raja…!!!

R a j a : Dengarkanlah sabda dan segala ucapanku dalam pertemuan agung hari ini, dan jangan ada yang

bicara sebelum apa yang kuucapkan selesai.

Berisik pada ngomong sendiri masing-masing memberitahu

kepada teman didekatnya untuk mendengarkan sabda sang raja,

termasuk dua prajurit pengawal dan Permaisuri.

Punggawa 1 : Dengarkan!

Punggawa 2 : Jangan ada yang bicara!!

Pelayan 1 : Sssst.. ini pertemuan agung..!

Pelayan 2 : Aja pada rame dewek!!

Pengawal 1 : Sira aja brisik kaya kuwe-lhah!!

Pengawal 2 : Nyonge ora ngomong apa-apa!!

Pengawal 1 : Lha kiye apa ora ngomong?!

Permaisuri : Kepriben sich kiye?! Malah pada ngomong dewek-dewek! Kalau

Sinuhun lagi bicara, aja pada ceriwis kaya kuwe!! Brisik tau! Nanti

pada tidak dengar apa yang disampaikan Raja lho..! (Kepada Raja)

Begitukan, maksude Kangmas?


Sang Raja yang sejak tadi bengong, sambil menutupi telinganya,

achirnya teriak menghentikan yang lagi pada berisik.


R a j a : Diam…Diaam…Diaaaaam..!

Secara otomatis semua yang hadir pada diam sambil menempelkan

telunjuk jari masing-masing dibirnya termasuk Sang Raja dan…

S e m u a : Ssssst………!

R a j a : Diam! Tidak usah pakai Sssssst… segala.!


Dan semuanya diam.

R a j a : Sebelum saya sampaiken pidato saya, ada pertanyaan yang harus kalian

jawab. Paham?

S e m u a : P a h a m !

R a j a : Bangus, bangus. (sambil manggut-manggut puas)

Pertanyaanya. Apa yang kalian rasakan dan telah kalian nikmati setelah

Kerajaan kita ini merdeka selama 60 tahun.

Punggawa 1 : 6 kali ganti presiden! (menunjukan jari tangan keatas)

Punggawa 2 : 6 Kali Pemilu.!

Pelayan : 6 kali BBM naik..!

Prajurit 1 : 6 Kali listrik naik..!!

Prajurit 2 : 6 kali 6 sama dengan 36…!!!

R a j a : Bukan seperti itu jawaban yang saya maksud.! Yang lain.!

Punggawa lain : Korupsi naik..!

Pelayan lain : Pajak naik..!!!

Prajurit lain : Bayar sekolah naik..!!

R a j a : Itu jawaban rakyat kecil. Aku tidak suka. Coba sekarang kita dengar kan

jawaban dari istriku tercinta saja, (kepada Permaisurinya). Dinda, apa

jawabanmu atas semua pertanyaanku tadi?

Permaisuri : Menurut adinda, semua berjalan sesuai dengan kehendak kakanda.

R a j a : Maksudmu, rakyat kita masih tetap gampang dibohongi, begitu?

Permaisuri : Benar adanya kakanda.

R a j a : Bangus, bangus, bangus.. ha.ha.ha…

Semua hadirin ikut tertawa sekenanya…

Semua Hadirin : Ha.ha.ha.ha.ha.ha.ha …!!!

R a j a : Diaaaaammm……!!!

Kalau Raja sedang tertawa, jangan ikut-ikutan tertawa.! Itu subersi

namanya., paham?!

S e m u a : P a h a m..!

R a j a : Pertanyaan selanjutnya aku tujukan kepada pelayan kerajaan yang

bertugas belanja kebutuhan sehari-hari untuk kebutuhan kerajaan kita.

Terletak dimana dia?

(menengok kekanan kiri mencari-cari pelayan yang di maksud)

Pelayan : (mengangkat telunjuknya). Disini tuanku.

R a j a : Coba. Aku ingin mendengarkan laporanmu tentang harga sembako untuk

saat ini.

Pelayan : Baik tuanku. Untuk saat ini SUSU masih stabil, PISANG naik turun,

sedangkan DAGING terjepit ditengah, sehingga menggoyahkan BARANG

lain.

R a j a : Apa yang kau maksud dengan barang lain pelayan?

Pelayan : Sebagai contoh : BAWANG PUTIH tetap disia-sia, sedangkan BAWANG

MERAH makin menjadi-jadi.

R a j a : (marah) Yang lainnya..!

Pelayan : Maaf Tuanku. CABE KERITING Tuanku, sebab belum di REBONDING.

Demikian laporan hamba Tuanku.

R a j a : Baik terimakasih. Sekarang kalian semua tahu. Semua ini disebabkan oleh

pejabat yang tidak bertanggung jawab. Tetapi kalian rakyatku semua

jangan kawatir. Sebab pejabat itu kini telah ditahan dikerajaan ini dan

segera akan saya adili sesuai dengan perbuatannya.

S e m u a : S e t u j u u u u u…!!!

R a j a : Baik-baik. Sekarang Tahanan itu segera bawa kemari untuk kita adili.

(kepada pengawal) Pengawal! Bawa kemari tahanan itu.!

Pengawal : Baik Tuanku. (mereka segera pergi menjemput tahanan)

Dengan kedua tangannya yang diikat dibelakang punggung, tahanan

itu dibawa masuk oleh pangawal bersama seorang algojo yang

membawa golok besar. Tahanan itu didorong ditengah-tengah hadirin.

R a j a : Inilah pejabat yang korup dan telah menyengsarakan rakyat. Sekarang

mari kita adili seadil-adilnya.

(dengan suara lantang) Para punggawa, hadirin, dan rakyatku semu..!


Suara lantang Sang Raja disambut dengan tepuk tangan para

Hadirin yang ada di pertemuan itu sangat riuh.

R a j a : Lantas hukuman apa yang pantasdiberikan untuk pejabat yang sekaligus

penjahat seperti ini wahai rakyatku semua?

Punggawa 1 : Gantung..!

Prajurit 1 : Ya! Gantung seumur hidup..!

Pengawal 2 : (kepada Prajurit 1) Hussst..! Gantung sampai mati, bodoh!

Punggawa 2 : Dibuat daging cincang saja..!

Al-Gojo : Penggal saja kelapanya!

R a j a : Sudah-sudah..! ternyata kalian sadis semua. Lebih sadis dari pada Buser.

Pada dasarnya aku setuju dengan memberikan hukuman yang seberat-

beratnya. Namun sebelum hukuman dilaksanakan, kita beri hiburan dahulu

agar arwahnya tidak gentayangan. Setuju?!

S e m u a : Setujuuuuuu…!!!

R a j a : Baiklah kalau demikian.

Sang Raja kemudian bertepuk tangan tiga kali,. Memberi aba atau

perintah kepada para penari ISTANA (INDIA-NAN) dan sebentar

kemudian penari-penari bercadar itu berlenggak-lenggok kadang

mengelilingi Tahanan dengan goyang INUL..!

(tariannya 3 menit saja-lah) Setelah tarian itu selesai dan para penari

kembali masuk tepuk tanganpun bergemuruh. Tahananpun ingin ikut

tepuk tangan, tapi karena tangannya diikat maka ia tepuk kaki.

R a j a : Baiklah. Setelah kita menikmati para penari, maksudku menikmati

tariannya, maka sekarang aku berikan kesempatan kepada Pesakitan kita

ini untuk menyampaikan pembelaannya atau pesan terachirnya kepada

keluargannya sebelum kita penggal kepalanya. Sebagai Raja yang tidak

adil dan tidak bijaksana, aku perintahkan kau untuk bicara, silahkan!

(sambil menujuk ke arah tahanan)

Punggawa 1 : Ayo ngomong..!

Tahanan : Terimakasih….

Punggawa 2 : Ngomong cepat..!!

Tahanan : Baiklah….

Prajurit 1 : Ho’o..! cepet ngomong..!

Tahanan : Maaf Baginda…

Prajurit 2 : Iyo. Ngomong sing cepet..!

Tahanan : (membentak keras!) Iya-iya..! (ngomong cepet sekali seperti reporter sepak

bola) dari tadi itu saya sudah mau mulai ngomong! Sampeyan-sampeyan

malah pada cerewet saja! Jadi saya tidak jadi ngonong! Orang suruh

ngomong kok malah ciriwis semua! Mbok sampeyan pada diam, biar saya

yang ganti ngomong! Dari tadi saudara-saudara ini kan sudah pada

mbacot! Sekarang bisa diam tidak?! Biar saya yang ganti ngomong!

S e m u a : G o a l….!!!

Tahanan : Terimakasih.

R a j a : D i a a a a a a m …!!! Kalian pikir istana ini lapangan sepak bola?!

(kemudian kepada tahanan) Cepat bicara, atau langsung dipenggal

kepalamu?!

Tahanan : Saya dari tadi sudah mau bicara Tuanku tapi… para hadirin disini malah..

R a j a ; (Langsung disaut omongan tahanan itu). Tidak usah mengkambing

hitamkan orang lain.!

Tahanan : baik tuan. Ketahuilah saudara-saudara sekalian. Sampai detik ini saya

tidak mengetahui tentang kesalahan apa yang telah saya lakukan hingga

saya ditahan dan bahkan akan dihukum mati seperti sekarang ini.

R a j a : Kamu jangan pura-pura tidak tahu kesalahanmu ya?! Bukankah kamu

yang telah merugikan negara ini dengan mengeruk hasil bumi dan hutan

untuk kepentinganmu sendiri?

Tahanan : Saudara-saudara jangan cepat percaya dengan apa yang telah Baginda

Raja katakana, sebab semua itu beliau sendirilah yang telah melakukan.

R a j a : Kamu jangan membalikan fakta dan berusaha mempengaruhi rakyatku

ya?! (Raja bicara demikian dengan wajah gusar). Mana buktinya kalau aku

yang telah melakukan semua itu?! Jangan ngawur kamu.

Tahanan : Tuan memang tidak melakukan segala macam kecurangan dan kejahatan.

Tetapi pejabat-pejabat tuanlah yang telah melakukan perbuatan harm dan

menyengsarakan rakyat.

R a j a : Tidak bisa! Semakin ngelantur kamu. Jangan asal ngomong kamu! Coba

lihat disekitarmu semua punggawa dan prajuritku sehat-sehat dan

sejahtera semua, lihat. (sambil menunjukan para punggawadan

prajuritnya)

Tahanan : Memang para prajurit dan punggawa istana milik tuan ini nampak sehat

dan sejahtera semua. Tapi coba paduka lihat Rakyat yang ada diluar istana

ini. Mereka miskin dan sengsara hidupnyua.

Para prajurit dan punggawa serta semua yang hadir disitu mulai glisah tyengok sana-sini, bisik-bisik dan nampaknya mulai sadar bahwa yang jahat adalah Raja mereka sendiri,

R a j a : Ech..anu… Tapi mereka sudah saya beri sembako, dan.. pakaian layak

pakai setiap bulan..hayo? Ya Dinda..? (pada permaisuri). Malah kamu juga

sudah ikut mengentaskan kemiskinan ya…(berpikir ..kemudian) dimana

din?

Permaisuri : Dimana ya kakanda?

R a j a : Dimana-mana., Gityu lhoh.!

Permaisuri : Ik..ik..iya… Dimana-mana. (jawabannya kepaksa karena raja melotot)

Para hadirin yang menyaksikan keadaan itu semakin gelisah, dan

mulai tidak mempercayai Rajanya dan segera berpihak ke Tahanan.

Tahanan : Lihatlah saudara-saudara, kini Raja kalian mulai ketyakutan karena

kebohongannya sendiri. Kalian semua telah dibius dengan kata-katanya

yang seakan memihak rakyat, wong cilik! Itu hanya kalimat slogan yang

tidak ada buktinya.

Punggawa 1 : Bener juga ya?

Punggawa 2 : Kayake pancen bener omonge bocah kiye.

Yang Lain : Pembohongan kiye arane.

Yang lain : Dewe digaji akeh, tapi pajake yo luwih akeh yo?

Prajurit 1 : Ketipu kok ora kroso yo?

Dan segala celoteh macem macem tertuju ke Raja. Raja semakin

Gusar, dan segera hendak meninggalakan pertemuan itu, tapi….

Tahanan : Nah! Lihatlah wajah Raja kalian sekarang. Apakah saudara-saudara masih

menganggap saya layak untuk dihukum?

Punggawa 1 : Kayaknya tidak ya?

Punggawa 2 : Pantasnya ya tidak sech…

Prajurit 1 : Raja kita yang bohong…

Macam-macam celoteh lagi yang senada-lah.

Tahanan : Kalau saudara-saudara telah sadar, lantas apa yang akan kita lakukan

Sekarang ?

Semuanya : Kita adili Baginda Raja..!!!

( Sambil mengucapkan kata “Adili Raja” mereka berlari berhamburan ke

arah Raja, dan sang Raja-pun berusaha berlari menghindari amukan

massa hingga Raja jatuh terduduk sambil menutupi wajahnya ia berteriak-

teriak.)

R a j a : Ampyun-ampyun…! Saya memang bersalah..! Ampun..ampun..ampun…

: Saya yang salah… ampun maafkan saya.. ampun…

Dalam keadaan keos/caos/riuh, lampu panggung mulai redup dan

achirnya mati, pet! (black out). Ketika lampu panggung mulai terang,

nampak Sang Raja sudah mengenakan pakaian compang-camping,

tidur dalam posisi duduk dan mengigau. Beberapa saat kemudian

datang seorang kakek/ Nenek mendekati untuk membangunkan tidur “Sang Raja”.

Kakek/Nenek : Le..bangun le, he bangun. Tangi! Wis sore.. tangi!

“Sang Raja” Bangun gragapan, dan masih teriak-teriak.

“Sang Raja” : Ampyun…ampyun… ampyun…!!!

Kakek/Nenek : Dasar bocah Gemblung! Dikongkon angon wedus malah turu mbiler. Ayo

bangun sudah sore.

“Sang Raja” : Loh-loh-loh.? Ono endi kiye inyong? Mana prajurit yang akan mengejar

aku? Mana-mana?

Kakek/Nenek : Prajurit opo Gus- Agus?

“Sang Raja” : Prajurit yang mengroyok saya mbah?!

Kakek/Nenek : Prajurit mak-mu! Raimu dirubung laler Gus…!

“Sang Raja” : Oh… Jadi?… aku tadi mimpi to? … Hajingukkkkkkkk..!

(Berlari kecil dengan wajah penuh dengan kemaluan, maksudnya isin-

isin..)

S E L E S A I



Bandung Jetis Sewon Mbantul Yogyakarta, 23 Juli 2005 - 00.49 WIB

Categories:

0 Responses "Naskah Drama: The King Of Day"

Posting Komentar