The King Of Day
Karya : Agus Ley-loor
Permaisuri
Pengawal
Danyang-Danyang
Algojo
Terdakwa
Rakyat
Prajurit
Sang Raja duduk berdampingan dengan Permaisuri di singgasana ala
Kemudian cerita dimulai.
S e m u a : Daulat tuanku Raja…!!!
R a j a : Dengarkanlah sabda dan segala ucapanku dalam pertemuan agung hari ini, dan jangan ada yang
bicara sebelum apa yang kuucapkan selesai.
Berisik pada ngomong sendiri masing-masing memberitahu
kepada teman didekatnya untuk mendengarkan sabda sang raja,
termasuk dua prajurit pengawal dan Permaisuri.
Punggawa 1 : Dengarkan!
Punggawa 2 : Jangan ada yang bicara!!
Pelayan 1 : Sssst.. ini pertemuan agung..!
Pelayan 2 : Aja pada rame dewek!!
Pengawal 1 : Sira aja brisik kaya kuwe-lhah!!
Pengawal 2 : Nyonge ora ngomong apa-apa!!
Pengawal 1 : Lha kiye apa ora ngomong?!
Permaisuri : Kepriben sich kiye?! Malah pada ngomong dewek-dewek! Kalau
Sinuhun lagi bicara, aja pada ceriwis kaya kuwe!! Brisik tau! Nanti
pada tidak dengar apa yang disampaikan Raja lho..! (Kepada Raja)
Begitukan, maksude Kangmas?
Sang Raja yang sejak tadi bengong, sambil menutupi telinganya,
achirnya teriak menghentikan yang lagi pada berisik.
R a j a : Diam…Diaam…Diaaaaam..!
Secara otomatis semua yang hadir pada diam sambil menempelkan
telunjuk jari masing-masing dibirnya termasuk Sang Raja dan…
R a j a : Diam! Tidak usah pakai Sssssst… segala.!
Dan semuanya diam.
jawab. Paham?
S e m u a : P a h a m !
R a j a : Bangus, bangus. (sambil manggut-manggut puas)
Pertanyaanya. Apa yang kalian rasakan dan telah kalian nikmati setelah
Kerajaan kita ini merdeka selama 60 tahun.
Punggawa 1 : 6 kali ganti presiden! (menunjukan jari tangan keatas)
Punggawa 2 : 6 Kali Pemilu.!
Pelayan : 6 kali BBM naik..!
Prajurit 1 : 6 Kali listrik naik..!!
Prajurit 2 : 6 kali 6 sama dengan 36…!!!
R a j a : Bukan seperti itu jawaban yang saya maksud.! Yang lain.!
Punggawa lain : Korupsi naik..!
Pelayan lain : Pajak naik..!!!
Prajurit lain : Bayar sekolah naik..!!
R a j a : Itu jawaban rakyat kecil. Aku tidak suka. Coba sekarang kita dengar
jawaban dari istriku tercinta saja, (kepada Permaisurinya). Dinda, apa
jawabanmu atas semua pertanyaanku tadi?
Permaisuri : Menurut adinda, semua berjalan sesuai dengan kehendak kakanda.
R a j a : Maksudmu, rakyat kita masih tetap gampang dibohongi, begitu?
Permaisuri : Benar adanya kakanda.
R a j a : Bangus, bangus, bangus.. ha.ha.ha…
Semua hadirin ikut tertawa sekenanya…
Semua Hadirin : Ha.ha.ha.ha.ha.ha.ha …!!!
R a j a : Diaaaaammm……!!!
Kalau Raja sedang tertawa, jangan ikut-ikutan tertawa.! Itu subersi
namanya., paham?!
S e m u a : P a h a m..!
R a j a : Pertanyaan selanjutnya aku tujukan kepada pelayan kerajaan yang
bertugas belanja kebutuhan sehari-hari untuk kebutuhan kerajaan kita.
Terletak dimana dia?
(menengok kekanan kiri mencari-cari pelayan yang di maksud)
Pelayan : (mengangkat telunjuknya). Disini tuanku.
R a j a : Coba. Aku ingin mendengarkan laporanmu tentang harga sembako untuk
saat ini.
Pelayan : Baik tuanku. Untuk saat ini SUSU masih stabil, PISANG naik turun,
sedangkan DAGING terjepit ditengah, sehingga menggoyahkan BARANG
lain.
R a j a : Apa yang kau maksud dengan barang lain pelayan?
Pelayan : Sebagai contoh : BAWANG PUTIH tetap disia-sia, sedangkan BAWANG
MERAH makin menjadi-jadi.
R a j a : (marah) Yang lainnya..!
Pelayan : Maaf Tuanku. CABE KERITING Tuanku, sebab belum di REBONDING.
Demikian laporan hamba Tuanku.
R a j a : Baik terimakasih. Sekarang kalian semua tahu. Semua ini disebabkan oleh
pejabat yang tidak bertanggung jawab. Tetapi kalian rakyatku semua
jangan kawatir. Sebab pejabat itu kini telah ditahan dikerajaan ini dan
segera akan saya adili sesuai dengan perbuatannya.
S e m u a : S e t u j u u u u u…!!!
R a j a : Baik-baik. Sekarang Tahanan itu segera bawa kemari untuk kita adili.
(kepada pengawal) Pengawal! Bawa kemari tahanan itu.!
Pengawal : Baik Tuanku. (mereka segera pergi menjemput tahanan)
Dengan kedua tangannya yang diikat dibelakang punggung, tahanan
itu dibawa masuk oleh pangawal bersama seorang algojo yang
membawa golok besar. Tahanan itu didorong ditengah-tengah hadirin.
R a j a : Inilah pejabat yang korup dan telah menyengsarakan rakyat. Sekarang
mari kita adili seadil-adilnya.
(dengan suara lantang)
Suara lantang Sang Raja disambut dengan tepuk tangan para
Hadirin yang ada di pertemuan itu sangat riuh.
penjahat seperti ini wahai rakyatku semua?
Punggawa 1 : Gantung..!
Prajurit 1 : Ya! Gantung seumur hidup..!
Pengawal 2 : (kepada Prajurit 1) Hussst..! Gantung sampai mati, bodoh!
Punggawa 2 : Dibuat daging cincang saja..!
Al-Gojo : Penggal saja kelapanya!
R a j a : Sudah-sudah..! ternyata kalian sadis semua. Lebih sadis dari pada Buser.
Pada dasarnya aku setuju dengan memberikan hukuman yang seberat-
beratnya. Namun sebelum hukuman dilaksanakan, kita beri hiburan dahulu
agar arwahnya tidak gentayangan. Setuju?!
S e m u a : Setujuuuuuu…!!!
R a j a : Baiklah kalau demikian.
Sang Raja kemudian bertepuk tangan tiga kali,. Memberi aba atau
perintah kepada para penari ISTANA (INDIA-NAN) dan sebentar
kemudian penari-penari bercadar itu berlenggak-lenggok kadang
mengelilingi Tahanan dengan goyang INUL..!
(tariannya 3 menit saja-lah) Setelah tarian itu selesai dan para penari
kembali masuk tepuk tanganpun bergemuruh. Tahananpun ingin ikut
tepuk tangan, tapi karena tangannya diikat maka ia tepuk kaki.
R a j a : Baiklah. Setelah kita menikmati para penari, maksudku menikmati
tariannya, maka sekarang aku berikan kesempatan kepada Pesakitan kita
ini untuk menyampaikan pembelaannya atau pesan terachirnya kepada
keluargannya sebelum kita penggal kepalanya. Sebagai Raja yang tidak
adil dan tidak bijaksana, aku perintahkan kau untuk bicara, silahkan!
(sambil menujuk ke arah tahanan)
Punggawa 1 : Ayo ngomong..!
Tahanan : Terimakasih….
Punggawa 2 : Ngomong cepat..!!
Tahanan : Baiklah….
Prajurit 1 : Ho’o..! cepet ngomong..!
Tahanan : Maaf Baginda…
Prajurit 2 : Iyo. Ngomong sing cepet..!
Tahanan : (membentak keras!) Iya-iya..! (ngomong cepet sekali seperti reporter sepak
bola) dari tadi itu saya sudah mau mulai ngomong! Sampeyan-sampeyan
malah pada cerewet saja! Jadi saya tidak jadi ngonong! Orang suruh
ngomong kok malah ciriwis semua! Mbok sampeyan pada diam, biar saya
yang ganti ngomong! Dari tadi saudara-saudara ini
mbacot! Sekarang bisa diam tidak?! Biar saya yang ganti ngomong!
S e m u a : G o a l….!!!
Tahanan : Terimakasih.
R a j a : D i a a a a a a m …!!! Kalian pikir istana ini lapangan sepak bola?!
(kemudian kepada tahanan) Cepat bicara, atau langsung dipenggal
kepalamu?!
Tahanan : Saya dari tadi sudah mau bicara Tuanku tapi… para hadirin disini malah..
R a j a ; (Langsung disaut omongan tahanan itu). Tidak usah mengkambing
hitamkan orang lain.!
Tahanan : baik tuan. Ketahuilah saudara-saudara sekalian. Sampai detik ini saya
tidak mengetahui tentang kesalahan apa yang telah saya lakukan hingga
saya ditahan dan bahkan akan dihukum mati seperti sekarang ini.
R a j a : Kamu jangan pura-pura tidak tahu kesalahanmu ya?! Bukankah kamu
yang telah merugikan negara ini dengan mengeruk hasil bumi dan hutan
untuk kepentinganmu sendiri?
Tahanan : Saudara-saudara jangan cepat percaya dengan apa yang telah Baginda
Raja katakana, sebab semua itu beliau sendirilah yang telah melakukan.
R a j a : Kamu jangan membalikan fakta dan berusaha mempengaruhi rakyatku
ya?! (Raja bicara demikian dengan wajah gusar). Mana buktinya kalau aku
yang telah melakukan semua itu?! Jangan ngawur kamu.
Tahanan : Tuan memang tidak melakukan segala macam kecurangan dan kejahatan.
Tetapi pejabat-pejabat tuanlah yang telah melakukan perbuatan harm dan
menyengsarakan rakyat.
R a j a : Tidak bisa! Semakin ngelantur kamu. Jangan asal ngomong kamu! Coba
lihat disekitarmu semua punggawa dan prajuritku sehat-sehat dan
sejahtera semua, lihat. (sambil menunjukan para punggawadan
prajuritnya)
Tahanan : Memang para prajurit dan punggawa istana milik tuan ini nampak sehat
dan sejahtera semua. Tapi coba paduka lihat Rakyat yang ada diluar istana
ini. Mereka miskin dan sengsara hidupnyua.
R a j a : Ech..anu… Tapi mereka sudah saya beri sembako, dan.. pakaian layak
pakai setiap bulan..hayo? Ya Dinda..? (pada permaisuri). Malah kamu juga
sudah ikut mengentaskan kemiskinan ya…(berpikir ..kemudian) dimana
din?
Permaisuri : Dimana ya kakanda?
R a j a : Dimana-mana., Gityu lhoh.!
Permaisuri : Ik..ik..iya… Dimana-mana. (jawabannya kepaksa karena raja melotot)
Para hadirin yang menyaksikan keadaan itu semakin gelisah, dan
mulai tidak mempercayai Rajanya dan segera berpihak ke Tahanan.
kebohongannya sendiri. Kalian semua telah dibius dengan kata-katanya
yang seakan memihak rakyat, wong cilik! Itu hanya kalimat slogan yang
tidak ada buktinya.
Punggawa 1 : Bener juga ya?
Punggawa 2 : Kayake pancen bener omonge bocah kiye.
Yang Lain : Pembohongan kiye arane.
Yang lain : Dewe digaji akeh, tapi pajake yo luwih akeh yo?
Prajurit 1 : Ketipu kok ora kroso yo?
Dan segala celoteh macem macem tertuju ke Raja. Raja semakin
Gusar, dan segera hendak meninggalakan pertemuan itu, tapi….
Tahanan : Nah! Lihatlah wajah Raja kalian sekarang. Apakah saudara-saudara masih
menganggap saya layak untuk dihukum?
Punggawa 1 : Kayaknya tidak ya?
Punggawa 2 : Pantasnya ya tidak sech…
Prajurit 1 : Raja kita yang bohong…
Macam-macam celoteh lagi yang senada-lah.
Sekarang ?
Semuanya : Kita adili Baginda Raja..!!!
( Sambil mengucapkan kata “Adili Raja” mereka berlari berhamburan ke
arah Raja, dan sang Raja-pun berusaha berlari menghindari amukan
teriak.)
R a j a : Ampyun-ampyun…! Saya memang bersalah..! Ampun..ampun..ampun…
: Saya yang salah… ampun maafkan saya.. ampun…
Dalam keadaan keos/caos/riuh, lampu panggung mulai redup dan
achirnya mati, pet! (black out). Ketika lampu panggung mulai terang,
nampak Sang Raja sudah mengenakan pakaian compang-camping,
tidur dalam posisi duduk dan mengigau. Beberapa saat kemudian
datang seorang kakek/ Nenek mendekati untuk membangunkan tidur “Sang Raja”.
Kakek/Nenek : Le..bangun le, he bangun. Tangi!
“Sang Raja” Bangun gragapan, dan masih teriak-teriak.
Kakek/Nenek : Dasar bocah Gemblung! Dikongkon angon wedus malah turu mbiler. Ayo
bangun sudah sore.
“Sang Raja” : Loh-loh-loh.? Ono endi kiye inyong? Mana prajurit yang akan mengejar
aku? Mana-mana?
Kakek/Nenek : Prajurit opo Gus- Agus?
“Sang Raja” : Prajurit yang mengroyok saya mbah?!
Kakek/Nenek : Prajurit mak-mu! Raimu dirubung laler Gus…!
“Sang Raja” : Oh… Jadi?… aku tadi mimpi to? … Hajingukkkkkkkk..!
(Berlari kecil dengan wajah penuh dengan kemaluan, maksudnya isin-
isin..)

0 Responses "Naskah Drama: The King Of Day"
Posting Komentar